Hohoho alhamdulillah akhirnya bisa nulis lagi, sebelum lupa, saya ingin share tentang cerita hari minggu kemarin tepatnya 23 Juni 2013. Cerita ini berkisah dari pertemuan saya dengan seorang teman (dulu sama-sama penerima beastudi Etos) asal ngalam (malang.red). Kami membuat janji untuk bertemu di Istiqlal karena saat itu sedang ada kajian disana, jadi sekalian ikut kajian, sekalian sillaturrahmi. Saat itu saya telat berangkat karena ada sesuatu yang harus dikerjakan, dan alhamdulillah pas nyampe terminal blok m untuk naik busway, ternyata belum buka hehe.

Akhirnya naik kopaja, meski belum tahu rutenya, pokoknya naik dulu aja, nanti di jalan bisa tanya-tanya, pikir saya dalam hati. Alhamdulillah setelah cukup lama di atas kopaja, saya pun bertanya kepada abang kondekturnya, rute yang harus ditempuh ke Istiqlal kalo naik kopaja. Hm... udah cukup lama di Jakarta, tapi tetep buta arah hehe

Pas nanya dan dapet jawaban, eh ternyata samping saya juga yang lagi berdiri ingin ke sana juga, akhirnya kami ngobrol-ngobrol. "Ya udah, karena kita berdua, nanti kita turun di Sarinah, dari sana kita naik taksi. Kalo berdua kan bisa lebih ringan ongkosnya." kurang lebih itu kalimat yang kawan baru ini ucapkan.

Akhirnya tidak terasa sambil bincang-bincang, turunlah kami dan berganti naik taksi. Ternyata kawan yang baru ini cukup hafal daerah Jakarta meski tinggalnya di Bekasi dan asalnya dari (lupa saya T_T). Oiya, namanya Adit. Pas ngobrol-ngobrol, ternyata usianya hampir sama dengan saya, setahun lebih tua saya hehe. Dan ternyata juga, dalam beberapa bulan ke depan dia akan menikah juga hohoho.

Akhirnya setelah ngobrol-ngobrol, prosesnya lebih afgan (sadis) daripada saya. Jadi pagi ketemu akhwatnya, sorenya orang tuanya langsung menghadap orang tua akhwatnya dan langsung keluar jadwal akad. Mantap banget. Salut banget pokoknya. Setelah ngaler ngidul kesana kemari, mulai dari cerita bagaimana awalnya dia belajar agama sampe ke pekerjaan, alhamdulillah banyak sekali pelajaran yang diambil.

Dan yang paling menyentuh buat saya adalah saat dia bercerita tentang pekerjaan yang dia lakoni. Saya masih tidak terbayang betapa beraninya dia saat mengkhitbah seorang perempuan dengan kondisinya saat ini. Hikmah yang dapat dipetik adalah, melakukan nikah itu adalah ibadah, dan Allah menjamin rizki orang yang menikah (An Nuur:32). Karena pernikahan dapat lebih menjaga kehormatan dan menjauhkan diri dari apa yang dilarang oleh Allah subhanaahu wa ta'ala. Seperti kata mamah ani dahulu, pasangan kita seperti sendal/sepatu, gak mungkin salah. Who i am is who my wife is.

Pelajaran yang kedua adalah jangan takut miskin saat menuntut ilmu. Ilmu yang saya dimaksud adalah ilmu agama, meskipun hakikatnya semua ilmu dunia menunjukkan tentang kebesaran Allah subhanaahu wa ta'ala. Kawan saya ini rela jauh-jauhan dari Bekasi (ada juga teman-temannya dari Jawa Timur/Tengah ya, saya lupa persis) menghabiskan ongkos yang cukup besar dengan pekerjaannya saat ini untuk belajar agama, menuntut Ilmu Allah dan Rasul-Nya. Terus terang saya ciut.

Semoga Allah mengampuni dosa saya akan kemalasan dan kekikiran yang melanda, padahal saya mampu menuntut ilmu saat itu. Mulai saat ini, saya akan ingat selalu bahwa untuk keperluan menuntut ilmu atau ibadah lain, tidak boleh hitung-hitung karena Allah akan memintai pertanggung jawaban akan harta kita di akhirat kelak. Dan betapa beruntungnya orang-orang yang menggunakan hartanya di jalan Allah subhanaahu wa ta'ala serta betapa meruginya orang-orang yang mengumpul-ngumpulkan harta  (Al Humazah (109): 2-4) (padahal sering dibaca surat ini T_T), astaghfirullah...

Mungkin itulah pelajaran yang sangat berharga saat busway belum buka dan akhirnya menggunakan kopaja. Alhamdulillah, saat kita berpikir bahwa sesuatu yang menimpa kita adalah sesuatu yang tidak kita terima, insyaAllah akan ada pelajaran yang bisa diambil dari kejadian tersebut. Wallahu'alam, kesalahan penulisan semata-mata dari pribadi dan syetan, kebenaran hanya milik Allah semata...

.
preload preload preload