Sebelum menikah saya pernah bicara kepada calon mertua saat itu, “Bu, saya gak bisa naik motor lho.” Waktu itu beliau hanya bilang “Gpp, nanti jadinya kan lucu suami dibonceng istri.” Perihal naik motor, dari dulu entah kenapa rasanya tidak diberikan keinginan untuk  mencoba meski sebetulnya kesempatan untuk belajar banyak. Mungkin karena terdoktrin dan pernah melihat korban kecelakaan motor meninggal di jalan jadinya agak takut kalo naik motor, kecuali kalo naik ojeg atau dibonceng hehe. Jadi sebetulnya bisa dan pernah mencoba naik motor sendiri tapi masih kagok dan takut.

Dan betul saja, setelah menikah, sehari sebelum berangkat ke lokasi, saya dan istri pergi keluar untuk suatu keperluan. Awalnya saya memberanikan diri untuk memakai motor membonceng istri, namun di jalan setengah raya (jalan umum tapi gak seramai jalan raya) saya hampir nabrak dan masih kagok, akhirnya saat akan melintasi jalan raya kemudi pun diambil alih istri. Kemudian selanjutnya sampai pulang tetap dibonceng istri wkwkwk.

Sepanjang jalan kami berdua ketawa-ketawa aja, lucu aja, istri yang nyetir motor sementara belanjaan dibawa suami di belakang, jenggotan pula T_T. Alhamdulillah kami berdua sampai rumah dengan selamat. Pelajaran yang bisa diambil adalah, saat seorang suami belum bisa melakukan sesuatu, bicara jujur dan terbuka, karena jika tidak bisa jadi akan terjadi kerusakan. Namun demikian, saya juga harus belajar untuk mengalahkan rasa takut dan trauma motor yang saya alami :D. insyaAllah nanti diajarin istri cara nyetir motor :D. Selain nyetir motor, saya juga harus belajar nyetir mobil hohoho, biar istri lebih terjaga saat kami berdua bepergian kemana-mana aamiin...


Alhamdulillah istri bisa menerima segala kekurangan yang saya miliki, dan semoga kami berdua senantiasa romantis selamanya hohoho, aamiin :D

1 Response to "Dibonceng"

  1. Kang, kalo perlu tutor motor, saya siap deh. Hahaha

.
preload preload preload