Alhamdulillah akhirnya bisa nulis lagi hohoho. Kali ini ingin bercerita tentang saat-saat lamaran saya kepada istri tercinta. Ahhey istri, Alhamdulillah sudah menyempurnakan setengah agama :D. Lamaran atau proses khitbah yang dilakukan yaitu dengan mempertemukan keluarga saya dan keluarga calon istri (saat itu) dan tujuannya yaitu untuk melamar. Hehe namanya kan melamar ya untuk melamar pasti nya ya :p.

Proses lamaran dilaksanakan pada 4 Syawal 1434 H atau bertepatan dengan 11 Agustus 2013. Saya dan keluarga berangkat dari Sukabumi jam 3-an dini hari, menjemput keluarga dari Cianjur kemudian langsung meluncur menggunakan jalur Cipanas. Karena sebelum masuk jalur puncak sudah macet merayap, kami pun putar arah masuk ke jalur Cikalong, Cianjur.

Setelah melewati jalan berkelok-kelok dan bebatuan (jalannya di pinggir tebing), akhirnya beberapa orang personel tumbang, maksudnya mabok hehe. Adik-adik saya diantaranya Najiah, Hilman dan Jandan mabok kendaraan seketika setelah melewati jalan liku-liku dan berbatu. Singkat kata, sampailah kami di jalan Jonggol dan sarapan di sana dengan bekal nasi yang telah dibungkus tentunya hehe. Oiya, selain membawa keluarga, saat itu hadir pula bintang tamu, seorang teman dari Aceh yang bernama Harapan. Panjang kalo diceritakan bagaimana kita bertemu haha *hadeuh takut istri cemburu haha.

Panjang kata, kami pun sampai di tol dalam kota sementara beberapa personel lunglai seperti tak sadarkan diri karena mabok kendaraan kelas berat. Kemudian masuk tol Jakarta-Merak dan kami beristirahat di Rest Area setelah gerbang tol Cikupa. Rasanya gimana gitu pas ngeliat adik-adik yang mabok kendaraan, gak kebayang aja rasa  betapa tersiksanya di jalan. Kemudian sampailah kami di dekat rumah calon istri.

Tadinya ingin ke masjid agung untuk istirahat sebentar, cuci muka dan ganti baju, tapi waktu itu takut macet, Alhamdulillah akhirnya istirahat di masjid Kranggot (sekarang baru diketahui ternyata rumah tetangga di Warudoyong yang baru menikah di Cilegon, rumahnya deket masjid itu juga). Setelah bersih diri, sholat dzuhur, kami pun meluncur ke rumah calon istri (saat itu).

Saat lamaran, perasaan gak percaya masih ada. Maksudnya rasanya gak percaya aja tiba-tiba udah lamaran aja, baru aja ketemu padahal. Saat diterima di rumah, pertama kali melihat calon istri mengenakan gamis putih, rasanya wow banget pokoknya. Tapi saat itu saya gak berani menyatakan atau sekedar berkata “kamu cantik” dlsb, gak berani aja karena belum halal. Oiya juga, saat lamaran saya pakai sandal T_T, soalnya dulu pas nganter teman lamaran rasanya ybs pakai sandal juga (baru diketahui ternyata ybs pakai sepatu) wkwkwk. Selesai lamaran saya bilang ke calon istri, “maaf ya tadi pakai sandal” (saat itu) dan istri pun bilang “iya gpp.” Udah gitu pas masuk ke rumah saya gendong adik yang paling kecil, jadi pas salaman dengan orang-orang yang menyambut, saya malah gendong adik hehe.

Akhir kata, Alhamdulillah proses lamaran berlangsung dengan lancar djaya. Rombongan keluarga saya pulang kembali ke Sukabumi dan Cianjur sementara saya dan Harapan pulang ke Jakarta bersama kakaknya calon istri (saat itu). Hm… gak bisa diungkapkan pokoknya betapa anggunnya calon istri saya saat itu, hanya bisa berdo’a semoga dilancarkan semuanya mulai dari pernikahan sampai setelah pernikahan.

.
preload preload preload