Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang Maha Sempurna
dengan segala Rencana-Nya. Alhamdulillah kita panjatkan juga karena kita telah
mendapatkan bonus keislaman saat lahir sehingga lebih mudah menerima hidayah
Islam sesuai tuntunan Rasulullah shallallaahu’alaihi wa sallam. Semoga kita
semua dipertemukan kembali bersama beliau, keluarga dan sahabatnya, orang-orang
shalih dan para nabi sebelum beliau. Tiada illah yang wajib disembah dan
dimintai pertolongan kecuali Allah subhanaahu wa ta’ala semata serta
sebaik-baiknya petunjuk adalah petunjuk Muhammad Rasulullah shallallaahu’alaihi
wa sallam.
Rasa syahdu, bahagia dan setengah rasa tidak percaya
berkumpul pada hari itu. Hari dimana seorang wanita dihalalkan untuk pria
dengan kalimat Allah, hari dimana setengah agama seseorang terpenuhi karenanya,
dan hari dimana tanggung jawab seorang wanita beralih dari kedua orangtuanya
kepada seorang pria. Pernikahan.
Alhamdulillah setelah pertama kali dipertemukan, kurang dari
tiga bulan, disertai komitmen dari orang tua calon istri (saat itu), do’a,
dukungan, dari semua orang yang tak bisa disebutkan saking banyaknya – semoga
Allah mencatat kebaikan Anda semua, aamiin…, akhirnya pada 2 Dzulqa’dah 1434 H
atau bertepatan dengan 7 September 2013, akad sekaligus walimah antara saya
dengan calon istri (saat itu) pun selesai dilaksanakan.
Masih sekitar Maret 2013, saya masih dirundung gelisah,
siapa kiranya yang akan menjadi calon pendamping seumur hidup saya, aamiin.
Terlebih kalau mengingat cita-cita sejak masa kuliah, saya ingin sekali menikah
saat usia 25 tahun, ingin mencontoh Rasulullah shallallaahu’alaihi wa sallam.
Meski jika dihitung dengan menggunakan kalender Hijriyah pernikahan saya jatuh
saat usia saya 26 tahun, Alhamdulillah tidak jauh dari keinginan awal, yakni 25
tahun.
Saat akad dibacakan, sensasi hati yang terasa itu
benar-benar beda. Tegang campur bahagia entah campur apalagi, pokoknya beda
aja. Beberapa kali merasakan tegang saat akan melakukan presentasi kelulusan
maupun presentasi ilmiah, tapi saat akad sensasi tegangnya beda. Alhamdulillah
pengucapan akad pun lancar dengan satu kali bacaan, meskipun saat selesai
pernikahan, ayah saya bilang bahwa ada yang kurang yakni melafalkan kata
“rupiah”, tapi oleh saksi langsung dibilang “Sah!”. Alhamdulillah hehe…
Selesai akad, istri saya pun dipanggil oleh amil dan saat
itu pula saya melihat betapa cantiknya dan lembutnya tangan istri. Itulah
pertama kali saya memegang tangannya, setelah akad terucap, Alhamdulillah.
Rasanya benar-benar kayak mimpi, setengah gak percaya, saat bergandeng tangan
berdua dengannya di pelaminan menyambut para tamu yang datang memberikan do’a
dan ucapan selamat.
Alhamdulillah, nikmat nikah tanpa pacaran memang luar biasa.
Saya bukan orang yang tidak pernah pacaran, Alhamdulillah setelah berusaha
mencari kebenaran dan Allah memberikan hidayah, maka jalan menuju pacaran
ditutup rapat-rapat dan usaha serta niat untuk menikah dilaksanakan. Kepada
yang terlanjur pacaran, ingatlah bahwa pintu maaf Allah sangatlah luas selama
nyawa belum sampai kerongkongan. Segera putuskan, bertaubat dan berusaha untuk
menikah.
Ingat, pernikahan adalah ibadah (bahkan dalam salah satu
riwayat, sholat malam orang yang menikah lebih utama dari orang yang lajang),
sedangkan pacaran adalah perbuatan dosa. Jadi bagaimana mungkin ibadah diiringi
perbuatan dosa? Tidak ada manusia yang dijaga dari dosa kecuali Muhammad
Rasulullah shallallaahu’alaihi wa sallam, sekali lagi jika terlanjur pacaran,
segera putuskan dan bertaubat. Bukankah Allah Maha Penerima Taubat?
Gak apa-apa ya keluar dari cerita sedikit hehe. Intinya
Alhamdulillah saat ini saya sudah memiliki istri dan berharap semoga kami
dikumpulkan bersama keluarga, Rasulullah shallallaahu’alaihi wa sallam,
keluarga dan sahabatnya, orang-orang shalih dan para nabi sebelum beliau.
Post a Comment